Hubungan
Manusia dan Satwa
Manusia
telah berbagi hidup bersama hewan peliharaan beribu tahun lamanya. Arkeologis
menyatakan domestikasi kucing dan anjing sudah ada semenjak 10.000 hingga
20.000 tahun yang lalu, sebagai tambahan riset DNA menemukan bahwa penjinakan
anjing bahkan sudah dimulai sejak 100.000 tahun yang lalu — sebelum awal mula
pertanian dan pengembangbiakan satwa ada.
Para ahli ekologi
mempercayai anjing dan kucinglah yang pertama kali mendekat ke manusia,
ketimbang pendapat sebaliknya. Tetapi, manusialah yang kala itu segera
mendapati nilai mereka sebagai satwa penjaga dan penghalau hama alamiah. Di
rentang waktu itu pula, terjalin ikatan antara manusia dan hewan pendamping
yang sedikit banyak hanya dapat dijabarkan oleh manusia yang didampinginya.
Di masa sekarang,
kita berkaca pada fakta-fakta bahwa hewan pendamping dapat membantu kesehatan
manusia, antara lain: menurunkan tekanan darah tinggi dan kolestrol,
meringankan rasa kesepian, dan meningkatkan kesempatan manusia menyediakan atau
paling tidak mencuri waktu melakukan olahraga dan kontak sosial yang
menyenangkan. Namun, harus diingat bahwa ini tidak seharusnya menjadi tepukan
sebelah tangan. Manusia menjadi semacam panutan bagi sang hewan pendamping
[baca: anjing & kucing], dan mereka sepenuhnya mengandalkan manusia untuk
makanan, perlindungan dan perawatan. Hidup bersama hewan pendamping adalah
keputusan berkomitmen selama 10-15 tahun, yaitu rentang hidup rata-rata dari
anjing dan kucing. Sayangnya, tidak semua manusia yang didampingi mereka
berteguh pada tanggungjawab itu. Banyak dari kita yang memutuskan secara
sepihak tidak sanggup lagi memberi makanan atau perawatan kesehatan yang
memadai, tiba-tiba merasa hewan-hewan itu terlalu banyak mengambil tempat dan
mengganggu, terlalu banyak menyita waktu di antara jadual
bekerja/skripsi/mengurus keluarga dan diri sendiri, memiliki hewan baru yang
lebih lucu dan bergengsi, atau tiba-tiba saja mendapat ide bahwa mungkin sekali
hewan-hewan itu akan lebih senang dibiarkan saja bebas berkeliaran sendiri [?].
Deretan alasan demi alasan seperti tidak ada habisnya, dan sebagai akibatnya
banyak hewan peliharaan mengalami nasib berakhir dengan penelantaran, dibuang
ke jalanan/sawah/tempat-tempat publik, dijual ke rumah penjagalan, dipaketkan
di depan pintu organisasi/kelompok pemerhati satwa atau dihibahkan dengan
disertai ancaman akan dibuang atau dibunuh jika tidak segera diselamatkan.
Di atas,
bukanlah saja problema yang dialami sang hewan semata atau kelompok-kelompok
pemerhati kesejahteraan satwa. Mungkin tidak kita sadari, tanpa perawatan &
penanganan yang baik, anjing dan kucingpun dapat menularkan penyakit pada
manusia dan satwa lain, menurunkan kualitas lingkungan, memberi kontribusi pada
polusi suara, dan menciptakan ketegangan antar tetangga. Hidup bersama hewan
pendamping bukan semata hanyalah bicara tentang kesehatan hewan, tetapi juga
kesehatan publik.
Dan jika boleh
ditambahkan, banyak pula yang membiarkan hewan-hewan mereka pergi agar dapat
mencari makan sendiri, entah apa-bagaimana-di mana yang penting bisa bertahan
hidup & mencari jalan pulang, atau karena pada akhirnya toh akan ditebas
juga tenggorokan sang hewan tersebut demi lembaran rupiah. Bebas berkeliaran
tanpa sterilisasi, bebas berkeliaran tanpa perawatan kesehatan, bebas berkeliaran
dan berlipat ganda hingga akhirnya dianggap beban dan biarlah anak-anaknya
menjadi korban menanti ajal di tempat-tempat sampah, yang bertahan hidup dengan
susah payah tumbuh hanya untuk dianggap hama, mengotori, mengurangi indahnya
pemandangan kota, membahayakan karena dikhawatirkan membawa penyakit, dapat
melukai manusia, dibenci, dst. Dan ketika tragedi besar terjadi, tanyakan ini
ke diri kita: Benar-benar perlukah kita menanti
hingga ke titik tanpa arah balik itu?? Ketika puluhan, ratusan, ribuan nyawa
melayang nyaris serentak dari jiwa-jiwa yang dianggap tidak memiliki perasaan
atau hak untuk hidup layak dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk
mencegahnya. Tanpa mereka tahu kenapa mereka direndahkan, diburu, dihabisi
dengan keji.
Prioritas untuk kesehatan
bersama antara satwa domestik & manusia adalah: edukasi untuk mempromosikan
perawatan yang memadai, mencegah perlakuan kejam & yang tidak selayaknya
pada satwa, dan meningkatkan kesadaran tentang rabies dan penyakit-penyakit
zoonosis, juga pentingnya pengendalian populasi satwa.
Referensi :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=306288206064643
0 komentar:
Posting Komentar