Jumat, 11 Mei 2012

Hubungan Manusia dan Satwa


Hubungan Manusia dan Satwa

Manusia telah berbagi hidup bersama hewan peliharaan beribu tahun lamanya. Arkeologis menyatakan domestikasi kucing dan anjing sudah ada semenjak 10.000 hingga 20.000 tahun yang lalu, sebagai tambahan riset DNA menemukan bahwa penjinakan anjing bahkan sudah dimulai sejak 100.000 tahun yang lalu — sebelum awal mula pertanian dan pengembangbiakan satwa ada. 
Para ahli ekologi mempercayai anjing dan kucinglah yang pertama kali mendekat ke manusia, ketimbang pendapat sebaliknya. Tetapi, manusialah yang kala itu segera mendapati nilai mereka sebagai satwa penjaga dan penghalau hama alamiah. Di rentang waktu itu pula, terjalin ikatan antara manusia dan hewan pendamping yang sedikit banyak hanya dapat dijabarkan oleh manusia yang didampinginya.
Di masa sekarang, kita berkaca pada fakta-fakta bahwa hewan pendamping dapat membantu kesehatan manusia, antara lain: menurunkan tekanan darah tinggi dan kolestrol, meringankan rasa kesepian, dan meningkatkan kesempatan manusia menyediakan atau paling tidak mencuri waktu melakukan olahraga dan kontak sosial yang menyenangkan. Namun, harus diingat bahwa ini tidak seharusnya menjadi tepukan sebelah tangan. Manusia menjadi semacam panutan bagi sang hewan pendamping [baca: anjing & kucing], dan mereka sepenuhnya mengandalkan manusia untuk makanan, perlindungan dan perawatan. Hidup bersama hewan pendamping adalah keputusan berkomitmen selama 10-15 tahun, yaitu rentang hidup rata-rata dari anjing dan kucing. Sayangnya, tidak semua manusia yang didampingi mereka berteguh pada tanggungjawab itu. Banyak dari kita yang memutuskan secara sepihak tidak sanggup lagi memberi makanan atau perawatan kesehatan yang memadai, tiba-tiba merasa hewan-hewan itu terlalu banyak mengambil tempat dan mengganggu, terlalu banyak menyita waktu di antara jadual bekerja/skripsi/mengurus keluarga dan diri sendiri, memiliki hewan baru yang lebih lucu dan bergengsi, atau tiba-tiba saja mendapat ide bahwa mungkin sekali hewan-hewan itu akan lebih senang dibiarkan saja bebas berkeliaran sendiri [?]. Deretan alasan demi alasan seperti tidak ada habisnya, dan sebagai akibatnya banyak hewan peliharaan mengalami nasib berakhir dengan penelantaran, dibuang ke jalanan/sawah/tempat-tempat publik, dijual ke rumah penjagalan, dipaketkan di depan pintu organisasi/kelompok pemerhati satwa atau dihibahkan dengan disertai ancaman akan dibuang atau dibunuh jika tidak segera diselamatkan.
 Di atas, bukanlah saja problema yang dialami sang hewan semata atau kelompok-kelompok pemerhati kesejahteraan satwa. Mungkin tidak kita sadari, tanpa perawatan & penanganan yang baik, anjing dan kucingpun dapat menularkan penyakit pada manusia dan satwa lain, menurunkan kualitas lingkungan, memberi kontribusi pada polusi suara, dan menciptakan ketegangan antar tetangga. Hidup bersama hewan pendamping bukan semata hanyalah bicara tentang kesehatan hewan, tetapi juga kesehatan publik. 
Dan jika boleh ditambahkan, banyak pula yang membiarkan hewan-hewan mereka pergi agar dapat mencari makan sendiri, entah apa-bagaimana-di mana yang penting bisa bertahan hidup & mencari jalan pulang, atau karena pada akhirnya toh akan ditebas juga tenggorokan sang hewan tersebut demi lembaran rupiah. Bebas berkeliaran tanpa sterilisasi, bebas berkeliaran tanpa perawatan kesehatan, bebas berkeliaran dan berlipat ganda hingga akhirnya dianggap beban dan biarlah anak-anaknya menjadi korban menanti ajal di tempat-tempat sampah, yang bertahan hidup dengan susah payah tumbuh hanya untuk dianggap hama, mengotori, mengurangi indahnya pemandangan kota, membahayakan karena dikhawatirkan membawa penyakit, dapat melukai manusia, dibenci, dst. Dan ketika tragedi besar terjadi, tanyakan ini ke diri kita: Benar-benar perlukah kita menanti hingga ke titik tanpa arah balik itu?? Ketika puluhan, ratusan, ribuan nyawa melayang nyaris serentak dari jiwa-jiwa yang dianggap tidak memiliki perasaan atau hak untuk hidup layak dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya. Tanpa mereka tahu kenapa mereka direndahkan, diburu, dihabisi dengan keji. 
 Prioritas untuk kesehatan bersama antara satwa domestik & manusia adalah: edukasi untuk mempromosikan perawatan yang memadai, mencegah perlakuan kejam & yang tidak selayaknya pada satwa, dan meningkatkan kesadaran tentang rabies dan penyakit-penyakit zoonosis, juga pentingnya pengendalian populasi satwa.

Referensi :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=306288206064643

0 komentar:

Posting Komentar