Kamis, 24 Oktober 2013

Gunung Semeru



Pengalaman Naik Gunung Semeru
Ngomongin gunung Semeru, jadi kangen kampung halaman. Walaupun tidak dekat tapi gunung semeru masih bisa dilihat dari depan rumah, dengan berdiri kokoh tampak puncak mahameru puncaknya para dewa (katanya). Kebetulan ini tahun ke-3 ku bekerja di sebuah perusahaan BUMN, jadinya dapat cuti lamanya 2x dari tahun-tahun biasa.  Karena due date cutiku bulan Juni, segera saya rencanakan seabrek jadwal liburan, hehehe. Untuk bulan Juni 2013 terjadwal jalan-jalan ke gunung Semeru. Tinggal cari bareng, seperti biasa Bluzzukan Community atau Patrapala RU-VI atau kedua-duanya digabung?? Kayaknya lebih seru kedua-duanya. Oke sudah terdata siapa-siapa aja yang ikut dari Bluzzukan Community dan Patrapala RU-VI. Dan mendekati hari-H satu-satu mulai mengundurkan diri dari keikutsertaan mendaki ke Semeru baik dari Bluzzukan Community maupunPatrapala RU-VI dengan berbagai alasan dan tanggal keberangkatanpun ada perubahan. Dari rencana 4 hari diubah menjadi 3 hari, hmmm agak kurang nyantai nih pendakiannya. Hari Rabu malam tanggal 26 Juni 2013, Andri beserta saudara-saudaranya dari Sidoarjo tiba di Lumajang berjumlah 6 orang. Dari Lumajang sendiri saya dan Angga, jadi total tim pendakian ini ada 8 orang. Karena terlalu malam, rombongan saya ajak menginap di rumah dulu namun mereka pengennya langsung ke lokasi. Oke jadinya kami menerobos jalanan hutan semeru (alas ireng-ireng) pada tengah malam dengan mengendarai Jimny ku dan Kijang Andri. Sampai Ranu Pani sekitar jam 1 lebih, hmm tidur di mobil/buka tenda/di masjid. Beberapa dari kami memilih tidur di masjid dan mobil. Badan kurang fit mulai terasa saat saya bangun pagi, apa karena sisa-sia kecapekan nyetir Indramayu-Lumajang atau gara-gara tidur di mobil dengan suhu Ranu Pani yang brrr... Entahlah, namun semangat saya dan teman-teman masih tinggi untuk merasakan sensasi mendaki Semeru gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Mengurus administrasi jam 8 pagi di pos pendakian Ranu Pani, dah terlihat begitu banyak antrian. Untuk kelengkapan yang perlu di bawa yaitu fotocopy KTP, surat kesehatan dan untuk rombongan harus ada tenda dan obat-obatan. Ada beberapa daftar yang harus kita isi termasuk jenis-jenis peberkalan, peralatan dan obat-obatan yang dibawa. Oh ya semua pendaki yang terdaftar, mendapat asuransi jiwa namun yang tercover hanya Pos 1 sampai Pos Kalimati. Misal ada musibah yang dialami di luar area itu misal di arcopodo atau puncak mahameru ya jelas gak akan dapat claim asuransi. Selesai mengurus perijinan, pukul 09.30 (27 Juni 2013) kami memulai pendakian. Cuaca terlihat cerah namun tampak awan tebal dari kejauhan. Bener-bener rame jalur pendakian ini, #efek 5 cm (katanya). Pas siang hari cuaca mulai mendung dan akhirnya hujan juga setelah kami melewati Pos 2 tepatnya. Kami berteduh sambil menunggu teman-teman yang dibelakang. Sampai Ranu Kumbolo hujan malah tambah deras, sempat terpikir buka tenda atau lanjut ke Kalimati. Keputusannya kembali ke target kami yaitu 3 hari untuk menyelesaikan pendakian ini. Lanjut ke Kalimati, dan alhamdulillah hujan mulai reda walaupun menyisahkan rintik-rintik kecil. Pelangipun menghiasi perjalanan kami saat di oro-oro ombo, indahnya bunga ilalang yang mirip bunga lavender memanjakan mata kami. Selangkah demi langkah cemoro kandang kami lewati dan mendekati Kalimati hujan turun dengan derasnya. Untung tenda sudah didirikan Andri yang sampai lebih awal. Saya sendiri tepar di dalam tenda, bener-bener unfit. Sampai jam 12 malam kami bangun, saya sendiripun lupa tidak makan malam. Bekal sosis dirasa cukup untuk memulai summit attack, tepatnya 01.30. Dari 8 orang menjadi 5 orang yang summit dan terakhir 4 orang karena salah satu diantara kami memutuskan untuk mundur karena lutut tidak mampu. Saya sendiri tetap semangat untuk melanjutkan pendakian ini walaupun sebenarnya kurang fit, saya masih percaya semangat akan mengalahkan kondisi fisik.
Berjalan tidak jauh dari tenda kami berpas-pasan dengan tim SAR yang sedang mengevakuasi korban yang terjatuh di lereng pasir mahameru. Katanya beberapa tulang patah dan juga separuh wajahnya luka #ngeri. Ini menjadi peringatan bagi kami agar harus lebih berhati-hati apalagi medan gunung Semeru begitu bahaya. Perut terasa mual saat perjalanan dan akhirnya saat mendekati arcopodo saya muntah, semua isi perut rasanya dibuang keluar. Cukup lama saya istirahat di kegelapan dengan kabut yang tebal sambil berfikir untuk mengambil keputusan lanjut atau tidak. Tanggung pikirku, sudah sejauh ini dan akhirnya saya dan teman-teman melanjutkan lagi. Sampai di tanjakan berpasir gerak kami mulai pelan begitu juga para pendaki lain yang terihat dari gerak senter/headlamp yang mereka pakai. Langit begitu gelap tertutup awan, apakah kami dapat sunrise? Memang tujuan summit salah satunya untuk menikmati anugerah keindahan sunrise di atas awan. Teman-teman sudah jauh di depan saya, dengan sisa-sisa tenaga langkah demi langkah saya lalui. Mendekati puncak, hujan malah turun dengan derasnya beserta angin yang kencang, alhasil kedinginan karena tidak membawa jas hujan. Sejenak istirahat dibalik bebatuan, berharap hujan segera reda. Sudah terlalu lama hujan tak kunjung reda hingga saya tertidur tak kuat menahan capek dan kantuk. Saat terbangun, saya melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan kondisi hujan. Ternyata sudah pukul 07.30 tapi langit masih gelap, dan suara wedus gembel mulai terdengar. Sudah banyak yang mulai turun, ada yang sudah sampai puncak dan banyak yang belum sampai puncak sudah turun. Tinggal sedikit lagi padahal, namun badai di puncak membuat takut para pendaki ditambah lagi sudah terlalu siang yang dikhawatirkan gas beracun dari kawah jonggring saloka. Klo cuaca bagus bisa diantisipasi melalui arah angin sehingga lebih dari jam 8 pagi pun terkadang aman. Beberapa pendaki mengajak saya untuk turun, badai ini terlalu beresiko. Bagi saya ini keputusan yang tepat, tujuan akhir dari mendaki gunung adalah pulang dengan selamat. Saat turun terasa lebih cepat namun harus ekstra hati-hati sampai di hutan cemara saya berhenti untuk minum air dari lumut-lumut yang menempel pada pohon dan menadah tetesan-tetesan air hujan sembari menunggu teman-teman. Tak lama akhirnya bertemu mereka, salah satu teman kami merasa kesakitan kakinya mungkin karena terlalu capek atau efek habis kram. Mereka cerita sampai dipuncak hampir pukul 7 pagi, dan jarak pandang yang pendek terhalang kabut tebal. Bahkan tidak banyak foto yang dapat mereka ambil karena jemari sudah tidak kuat menahan dinginnya badai. Pukul 9.45 kami sudah sampai di tenda, segera masuk tenda untuk tidur. Tidur sejenak dan bangun dengan makan mie. Akhirnya bisa dikatakan hampir 24 jam tidak makan dan hanya minum. Setengah 3 sore kami memulai perjalanan kembali ke Ranu Kumbolo. Dengan santai dan bernarsis-narsis ria mengabadikan kebersamaan kami melalui foto. Setengah 6 sore akhirnya sampai juga, segera kami mendirikan tenda. Untuk jalan-jalan ke gunung kali ini saya kurang begitu menikmati karena kondisi badan yang unfit dan efeknya terlalu banyak tidur. Bahkan kopi yang dibuatkan teman-teman saat malam hari pun baru saya minum dipaginya, hehehe. Pukul 10 pagi kami beranjak pulang, seakan masih ingin tinggal lama di surganya Semeru yaitu Ranu Kumbolo. Cukup sudah 3 hari 2 malam kami jalan-jalan ke gunung semeru ini. Banyak cerita suka dan duka namun yang patut disyukuri adalah kami ber-8 dapat pulang ke rumah dengan selamat.

0 komentar:

Posting Komentar