Pengalaman
Naik Gunung Semeru
Ngomongin gunung Semeru,
jadi kangen kampung halaman. Walaupun tidak dekat tapi gunung semeru masih bisa
dilihat dari depan rumah, dengan berdiri kokoh tampak puncak mahameru puncaknya
para dewa (katanya). Kebetulan ini tahun ke-3 ku bekerja di sebuah perusahaan
BUMN, jadinya dapat cuti lamanya 2x dari tahun-tahun biasa. Karena due
date cutiku bulan Juni, segera saya rencanakan seabrek jadwal liburan, hehehe.
Untuk bulan Juni 2013 terjadwal jalan-jalan ke gunung Semeru. Tinggal cari
bareng, seperti biasa Bluzzukan Community atau Patrapala RU-VI atau
kedua-duanya digabung?? Kayaknya lebih seru kedua-duanya. Oke sudah terdata
siapa-siapa aja yang ikut dari Bluzzukan Community dan Patrapala
RU-VI. Dan mendekati hari-H satu-satu mulai mengundurkan diri dari
keikutsertaan mendaki ke Semeru baik dari Bluzzukan Community maupunPatrapala
RU-VI dengan berbagai alasan dan tanggal keberangkatanpun ada perubahan.
Dari rencana 4 hari diubah menjadi 3 hari, hmmm agak kurang nyantai nih pendakiannya.
Hari Rabu malam tanggal 26 Juni 2013, Andri beserta saudara-saudaranya dari
Sidoarjo tiba di Lumajang berjumlah 6 orang. Dari Lumajang sendiri saya dan
Angga, jadi total tim pendakian ini ada 8 orang. Karena terlalu malam,
rombongan saya ajak menginap di rumah dulu namun mereka pengennya langsung ke
lokasi. Oke jadinya kami menerobos jalanan hutan semeru (alas ireng-ireng) pada
tengah malam dengan mengendarai Jimny ku dan Kijang Andri. Sampai Ranu Pani
sekitar jam 1 lebih, hmm tidur di mobil/buka tenda/di masjid. Beberapa dari
kami memilih tidur di masjid dan mobil. Badan kurang fit mulai terasa saat saya
bangun pagi, apa karena sisa-sia kecapekan nyetir Indramayu-Lumajang atau
gara-gara tidur di mobil dengan suhu Ranu Pani yang brrr... Entahlah, namun
semangat saya dan teman-teman masih tinggi untuk merasakan sensasi mendaki
Semeru gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Mengurus administrasi jam 8
pagi di pos pendakian Ranu Pani, dah terlihat begitu banyak antrian. Untuk
kelengkapan yang perlu di bawa yaitu fotocopy KTP, surat kesehatan dan untuk
rombongan harus ada tenda dan obat-obatan. Ada beberapa daftar yang harus kita
isi termasuk jenis-jenis peberkalan, peralatan dan obat-obatan yang dibawa. Oh
ya semua pendaki yang terdaftar, mendapat asuransi jiwa namun yang tercover
hanya Pos 1 sampai Pos Kalimati. Misal ada musibah yang dialami di luar area
itu misal di arcopodo atau puncak mahameru ya jelas gak akan dapat claim
asuransi. Selesai mengurus perijinan, pukul 09.30 (27 Juni 2013) kami memulai
pendakian. Cuaca terlihat cerah namun tampak awan tebal dari kejauhan.
Bener-bener rame jalur pendakian ini, #efek 5 cm (katanya). Pas siang hari
cuaca mulai mendung dan akhirnya hujan juga setelah kami melewati Pos 2
tepatnya. Kami berteduh sambil menunggu teman-teman yang dibelakang.
Sampai Ranu Kumbolo hujan malah tambah deras, sempat terpikir buka
tenda atau lanjut ke Kalimati. Keputusannya kembali ke target kami yaitu 3 hari
untuk menyelesaikan pendakian ini. Lanjut ke Kalimati, dan alhamdulillah
hujan mulai reda walaupun menyisahkan rintik-rintik kecil. Pelangipun menghiasi
perjalanan kami saat di oro-oro ombo, indahnya bunga ilalang yang mirip bunga
lavender memanjakan mata kami. Selangkah demi langkah cemoro kandang kami
lewati dan mendekati Kalimati hujan turun dengan derasnya. Untung tenda sudah
didirikan Andri yang sampai lebih awal. Saya sendiri tepar di dalam tenda,
bener-bener unfit. Sampai jam 12 malam kami bangun, saya sendiripun lupa tidak
makan malam. Bekal sosis dirasa cukup untuk memulai summit attack, tepatnya
01.30. Dari 8 orang menjadi 5 orang yang summit dan terakhir 4 orang karena
salah satu diantara kami memutuskan untuk mundur karena lutut tidak mampu. Saya
sendiri tetap semangat untuk melanjutkan pendakian ini walaupun sebenarnya
kurang fit, saya masih percaya semangat akan mengalahkan kondisi fisik.
Berjalan tidak jauh dari
tenda kami berpas-pasan dengan tim SAR yang sedang mengevakuasi korban yang
terjatuh di lereng pasir mahameru. Katanya beberapa tulang patah dan juga
separuh wajahnya luka #ngeri. Ini menjadi peringatan bagi kami agar harus lebih
berhati-hati apalagi medan gunung Semeru begitu bahaya. Perut terasa mual saat
perjalanan dan akhirnya saat mendekati arcopodo saya muntah, semua isi perut
rasanya dibuang keluar. Cukup lama saya istirahat di kegelapan dengan kabut
yang tebal sambil berfikir untuk mengambil keputusan lanjut atau tidak.
Tanggung pikirku, sudah sejauh ini dan akhirnya saya dan teman-teman
melanjutkan lagi. Sampai di tanjakan berpasir gerak kami mulai pelan begitu
juga para pendaki lain yang terihat dari gerak senter/headlamp yang mereka
pakai. Langit begitu gelap tertutup awan, apakah kami dapat sunrise? Memang
tujuan summit salah satunya untuk menikmati anugerah keindahan sunrise di atas
awan. Teman-teman sudah jauh di depan saya, dengan sisa-sisa tenaga langkah
demi langkah saya lalui. Mendekati puncak, hujan malah turun dengan derasnya
beserta angin yang kencang, alhasil kedinginan karena tidak membawa jas hujan.
Sejenak istirahat dibalik bebatuan, berharap hujan segera reda. Sudah terlalu
lama hujan tak kunjung reda hingga saya tertidur tak kuat menahan capek dan
kantuk. Saat terbangun, saya melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan kondisi
hujan. Ternyata sudah pukul 07.30 tapi langit masih gelap, dan suara wedus
gembel mulai terdengar. Sudah banyak yang mulai turun, ada yang sudah sampai
puncak dan banyak yang belum sampai puncak sudah turun. Tinggal sedikit lagi
padahal, namun badai di puncak membuat takut para pendaki ditambah lagi sudah
terlalu siang yang dikhawatirkan gas beracun dari kawah jonggring saloka.
Klo cuaca bagus bisa diantisipasi melalui arah angin sehingga lebih dari jam 8
pagi pun terkadang aman. Beberapa pendaki mengajak saya untuk turun, badai ini
terlalu beresiko. Bagi saya ini keputusan yang tepat, tujuan akhir dari mendaki
gunung adalah pulang dengan selamat. Saat turun terasa lebih cepat namun harus
ekstra hati-hati sampai di hutan cemara saya berhenti untuk minum air dari
lumut-lumut yang menempel pada pohon dan menadah tetesan-tetesan air hujan
sembari menunggu teman-teman. Tak lama akhirnya bertemu mereka, salah satu
teman kami merasa kesakitan kakinya mungkin karena terlalu capek atau efek
habis kram. Mereka cerita sampai dipuncak hampir pukul 7 pagi, dan jarak
pandang yang pendek terhalang kabut tebal. Bahkan tidak banyak foto yang dapat
mereka ambil karena jemari sudah tidak kuat menahan dinginnya badai. Pukul 9.45
kami sudah sampai di tenda, segera masuk tenda untuk tidur. Tidur sejenak dan
bangun dengan makan mie. Akhirnya bisa dikatakan hampir 24 jam tidak makan dan
hanya minum. Setengah 3 sore kami memulai perjalanan kembali ke Ranu Kumbolo.
Dengan santai dan bernarsis-narsis ria mengabadikan kebersamaan kami melalui
foto. Setengah 6 sore akhirnya sampai juga, segera kami mendirikan tenda. Untuk
jalan-jalan ke gunung kali ini saya kurang begitu menikmati karena kondisi
badan yang unfit dan efeknya terlalu banyak tidur. Bahkan kopi yang dibuatkan
teman-teman saat malam hari pun baru saya minum dipaginya, hehehe. Pukul 10
pagi kami beranjak pulang, seakan masih ingin tinggal lama di surganya Semeru
yaitu Ranu Kumbolo. Cukup sudah 3 hari 2 malam kami jalan-jalan ke gunung
semeru ini. Banyak cerita suka dan duka namun yang patut disyukuri adalah kami
ber-8 dapat pulang ke rumah dengan selamat.
0 komentar:
Posting Komentar